Tugas
Mata Kuliah : Komunikasi Organisasi
Maria
Natashia
11140110188
Fakultas
Ilmu Komunikasi
Jurusan
Public Relation
Kelas
C1
Dosen
: Dra. Lidia Evelina, M.M.
Universitas
Multimedia Nusantara
MAKALAH KOMUNIKASI ORGANISASI
MOTIVASI DALAM ORGANISASI KEPEMUDAAN GEREJA ST. ANDREAS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
Dewasa ini begitu banyak organisasi yang berkembang pesat di masyarakat,
baik organisasi yang bertujuan mencari keuntungan maupun organisasi sosial yang
anggotanya bekerja secara sukarela. Namun demikian, tidak semua organisasi
tersebut mampu bertahan dan berkembang dengan baik. Hal ini terutama terjadi
pada organisasi sosial yang ikatan kerjanya terkesan sukarela, sehingga
cenderung sulit untuk mendapatkan komitmen dari para anggotanya karena tidak
bisa dipungkiri, setiap orang di zaman sekarang sudah memiliki kepentingannya
masing-masing yang berbeda-beda.
Organisasi bisa berjalan dengan baik salah satunya ialah karena adanya
motivasi dari para anggotanya untuk mencapai suatu tujuan. Entah itu tujuan
pribadi maupun tujuan organisasi yang mendorong komitmen seseorang dalam
menjalankan tugasnya di dalam suatu organisasi. Peranan motivasi ini merupakan
hal yang penting bagi kehidupan sehari-hari. Motivasi menjadi hal yang
sangat penting karena motivasilah yang menyebabkan, dan mendukung perilaku seseorang, sehingga seseorang tersebut mau bekerja
giat dan antusias mencapai hasil yang optimal (Hasibuan 2007). Tanpa motivasi, seseorang itu bisa saja tidak akan pernah melakukan hal apapun.
Oleh karena itu, di dalam sebuah organisasi sangat diperlukan adanya
motivasi. Sehebat apapun pimpinan dari sebuah organisasi, sebaik apapun rencana
yang sudah disusunnya, apabila tidak ada motivasi yang kurang kuat dari para
anggotanya, rencana yang telah disusun pun bisa jadi berantakan atau bahkan
bisa tidak terlaksana sama sekali.
Pada umumnya, faktor-faktor seperti gaji, promosi, kontrak, keamanan
posisi, lingkungan kerja, juga kondisi
kerja dapat memotivasi seorang
anggota organisasi. Semua faktor-faktor yang telah disebutkan jelas bisa
ditemukan dalam organisasi yang bertujuan mencari keuntungan seperti sebuah
perusahaan. Namun demikian, tidak semua faktor tersebut cocok untuk memotivasi
para anggota organisasi sosial seperti beberapa organisasi kepemudaan di Gereja
Santo Andreas Green Garden. Beberapa organisasi tersebut ialah Organisasi Orang
Muda Katolik, Organisasi Cantamus Dei serta Organisasi Orang Muda Wilayah.
Organisasi-organisasi ini telah berjalan kurang lebih selama dua puluh
tahun mendukung perjalanan Gereja Santo Andreas khususnya dibidang pembinaan
dan pendampingan umat muda Katolik. Tujuan organisasi kepemudaan di Gereja
Santo Andreas ialah agar kaum muda katolik menjadi peka, kritis dan tanggap
dalam partisipasi aktif membangun gereja dan masyarakat (Seksi Kepemudaan,
2010).
Tugas-tugas dari organisasi kepemudaan ini ialah kurang lebih sebagai
berikut.
1. Membuat program kerja yang sesuai dengan kebutuhan
orang muda Gereja
2. Menghimpun dan mengembangkan kreatifitas kaum muda
Katolik yang ada di Paroki Santo Andreas
3. Menggerakan, mengkoordinir, membina dan mendampingi
orang muda dalam mengisi aktivitas karya pelayanan dan pengembangan Gereja
Dalam organisasi kepemudaan ini juga terdapat birokrasi yang jelas dan
tegas. Dari semua yang telah disebutkan sebelumnya, jelas dibutuhkan komitmen
bagi setiap anggotanya agar organisasi tersebut dapat berjalan secara efektif.
Sementara tak bisa dipungkiri kehidupan anak muda di zaman sekarang memiliki
begitu banyak kepentingan yang berbeda-beda satu sama lain. Untuk itu, perlu
adanya motivasi yang baik untuk membangkitkan komitmen para anggotanya sehingga
organisasi dapat berjalan efektif.
Sehingga demikian, hal-hal apa saja yang bisa memotivasi para anggota
organisasi sosial dan bagaimana para pemimpin organisasi memotivasi para
anggotanya agar dapat bekerja secara efektif? Hal inilah yang menjadikan
penulis tertarik untuk meneliti tentang motivasi di dalam sebuah organisasi
sosial keagamaan.
1.2 Identifikasi
Masalah
a) Perlu adanya motivasi untuk meningkatkan
komitmen kerja dalam organisasi kepemudaan di Gereja Santo Andreas karena
organisasi sosial sifatnya tidak mengikat.
b) Pemimpin perlu memotivasi anggotanya agar
organisasi kepemudaan di Gereja Santo Andreas berjalan efektif.
1.3 Rumusah
Masalah
a) Apa yang mampu menjadi motivasi untuk
meningkatkan komitmen kerja bagi anggota organisasi kepemudaan di Gereja Santo
Andreas?
b) Bagaimana seorang pemimpin organisasi
memotivasi anggotanya agar organisasi kepemudaan di Gereja Santo
Andreas berjalan efektif?
1.4 Tujuan Penelitian
a) Mengetahui hal-hal yang bisa menjadi
motivasi untuk meningkatkan komitmen kerja bagi para anggota organisasi
kepemudaan di Gereja Santo Andreas.
b) Mengetahui cara-cara pemimpin organisasi
kepemudaan di Gereja Santo Andreas dalam memotivasi anggotanya agar organisasi
berjalan efektif.
BAB II
LANDASAN
TEORI
2.1 Teori Umum
Studi komunikasi organisasi adalah studi mengenai cara orang memandang
objek-objek, juga studi mengenai objek itu sendiri peranan yang diaminkan komunikasi
dalam studi organisasi bergantung bagaimana organisasi tersebut dipahami (Pace,
2001).
Suatu organisasi dapat juga didekati sebagai suatu objek studi. Sebagian orang
menganggap organisasi sebagai suatu subjek yang menyenangkan dan menarik.
Tujuan utamanya ialah untuk memahami organisasi dengan mendeskripsikan
komunikasi organisasinya, memahami kehidupan organisasi, dan menemukan
bagaimana kehidupan terwujud lewat komunikasi. Tekanannya adalah bagaimana
suatu organisasi dikonstruksi dan dipelihara lewat proses komunikasi (Pace,
2001).
Menurut proses komunikasinya, suatu organisasi didefinisikan menjadi dua yaitu
definisi komunikasi organisasi fungsional dan definisi komunikasi organisasi
interpretif. Pendekatan definisi komunikasi organisasi yang diambil penulis
dalam makalah ini ialah pendekatan komunikasi organisasi interpretif.
Komunikasi organisasi jika dipandang
dari suatu perspektif interpretif (subjektif) dianggap sebagai proses
penciptaan makna atas interaksi yang merupakan organisasi. Komunikasi
organisasi adalah perilaku pengorganisasian yang terjadi dan bagaimana mereka
yang terlibat dalam proses itu bertransaksi dan memberi makna atas apa yang
terjadi. Realitas (organisasi) adalah suatu konstruksi subjektif yang mampu
lenyap saat anggota –
anggotanya tidak lagi menganggapnya demikian yang lebih jelasnya bahwa
komunikasi organisasi merupakan proses pembentukan makna atas interaksi yang
menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi (Pace, 2001).
Komunikasi organisasi dari aspek subjektif dipandang sebagai proses penciptaan makna atas
interaksi yang merupakan organisasi (Pace,
2001). Penekanannya terhadap proses yang terjadi dalam suatu organisasi.
Pendekatan subjektif melihat dan menilai sesuatu menurut
pandangan (perasaan) sendiri, tidak langsung mengenai pokok atau halnya (artikata.com). Artinya pandangan subjektif menilai dan melihat sesuatu dari sudut
pandang masing-masing orang berdasarkan pendidikan, pengalaman, pengetahuan dan
rasa suka/tidak suka yang mana merupakan cara-cara
yang tidak terukur.
2.2 Teori Khusus
“Mengapa sebagian orang bekerja keras, sementara
yang lainnya bekerja sesedikit mungkin?” jawabannya terletak pada sejauh mana
orang mau mengarahkan perilaku mereka kepada suatu tujuan (Pace, 2001).
Seperti normalnya sebuah organisasi, melalui proses penempatan pekerja,
organisasi membeli waktu pegawai; sementara pekerjaan efisien membutuhkan usaha
yang terarah, yang tidak dibeli, setidaknya secara tidak langsung. Dalam
melakukan pekerjaan mereka, pegawai memiliki sejumlah kebijaksanaan mengenai
yang mereka lakukan untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Mereka dapat
menggunakan banyak usaha atau menggunakan usaha minimal. Ini membuat kinerja
pegawai bergantung pada apa yang kita sebut motivasi (Pace, 2001).
Motivasi, merupakan faktor – X dalam
efisiensi (faktor yang menjelaskan kesedian anggota organisasi untuk
mencurahkan energi yang berbeda bagi pekerjaan mereka) yang dapat dijelaskan dengan berbagai cara (Pace, 2001). Salah satunya ialah Teori
harapan Vroom, teori ini
menyatakan bahwa
anggota organisasi akan termotivasi bila mereka percaya bahwa tindakan mereka akan
menghasilkan hasil yang dinginkan, bahwa hasil mempunyai nilai positif bagi
mereka, dan bahwa usaha yang mereka mau curahkan akan mencapai hasil (Pace, 2001).
Selain Teori Harapan dari Vroom, Teori Persepsi dari Pace (2001) melontarkan pertanyaan dasar mengenai “Faktor apa yang memberi andil dan
berkaitan dengan efek negatif terhadap vitalitas seseorang?”. Apa yang
menimbulkan kegairahan dalam bekerja dan apa yang menurunkan antusiasme
seseorang dalam bekerja dan faktor apa yang cenderung meningkatkan vitalitas
kerja? Teori Persepsi dari Pace berusaha menjelaskan motivasi dalam arti bagaimana anggota organisasi
menafsirkan lingkungan kerja mereka (Pace, 2001). Penelitian dan pengalaman hidup dalam organisasi menunjukkan bahwa
vitalitas kerja didasarkan atas empat asumsi utama yaitu sebagai berikut.
1. seberapa baik harapan terpenuhi
2. peluang apa yang tersedia
3. seberapa banyak pemenuhan yang terjadi
4. seberapa baik persepsi pegawai mengenai kinerja mereka dalam organisasi
Penulis memilih pendekatan Teori Harapan dari Vroom dan Teori Persepsi dari
Pace karena organisasi yang dipilih penulis dalam melakukan observasi ialah
organisasi sosial yang membutuhkan komitmen tinggi tanpa imbalan fisik seperti
gaji, promosi, kontrak dan keamanan posisi. Sehingga dengan Teori Harapan dan Teori Persepsi diharapkan mampu
menjelaskan hal-hal yang bisa memotivasi anggota organisasi sosial.
2.3 Skema
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Penyajian Data
Berdasarkan
perolehan data dari wawancara yang telah dilakukan oleh penulis dengan tiga orang narasumber, maka penulis mendapatkan hasil yang akan disajikan
pada bab ini. Penulis menyajikan hasil yang diperoleh dengan menampilkan
pertanyaan dan jawaban pertanyaan tersebut. Gisela Wijaya (23) sebagai Ketua Organisasi Orang Muda Wilayah akan
disingkat G, Hana Inez Nataya (25) selaku Ketua Organisasi Orang Muda Paroki
akan disingkat H dan Adriani Valentina (25) selaku Ketua Organisasi Paduan
Suara Cantamus Dei akan disingkat A.
3.1.1 Sajian Data
1.
Menurut Anda, apa perbedaan yang paling signifikan antara organisasi profit dengan organisasi
sosial seperti organisasi kepemudaan
di Gereja Santo Andreas?
G : In my
opinion, a profitable organization has the point of view where everything has
to lean towards its own profit. Or in other words, selfish. While a non profit
organization is nothing like that. It is very selfless. There's no certain
working hours or requirements needed to be fulfilled if wanting to join one.
H: Perbedaan paling signifikan dari organisasi profit dan non-profit/sosial adalah soal
komitmen anggota yang terlibat didalamnya. Karena kebanyakan organisasi profit
itu memiliki kejelasan mengenai status ke-anggotaan/kepegawaian seseorang dan
kebanyakan mereka memiliki aturan hukum yang jelas mengenai relasinya.
Sedangkan untuk organsasi sosial, kebanyakan keterlibatan anggota terdorong oleh hati, dimana hati itu
tidak ada ukuran yang jelas dan mudah berubah juga tidak mengikat. Kadang
menjadi kendala untuk meminta komitmen anggota organisasi sosial adalah tantangan tersendiri, dimana semua
anggota kebanyakan memiliki urusan/kegiatan/kepentingan yang berbeda dan cara
kerja juga tidak bisa diseragamkan. Komitmen juga adalah sebuah hal abstrak
yang sulit untuk dinilai, tapi dalam berorganisasi komitmen itu sangat
mahal harganya, sulit saat ini bisa mencari anggota organisasi sosial yang memiliki komitmen dan dedikasi tinggi
untuk mengembangkan organisasi ini. Ini adalah kendala dalam mengembangkan
organisasi sosial, dimana kalau anggotanya banyak yang tidak memiliki komitmen dan dedikasi
yang baik maka organisasi akan sulit berkembang. Namun, memang kabar baiknya adalah di organisasi
social orang bekerja dengan hati dan moral dan kebanyakan dalam suasana
kekeluargaan, sehingga seharusnya tidak akan ada yang nama nya di forsir kerja
terlalu keras.
A: Pertama suasana. Yang saya
rasakan dalam organisasi sosial, yang dalam hal
ini adalah PS Cantamus Dei, suasana kekeluargaan dan persaudaraan yang terjalin terasa begitu tulus. Tidak terlihat adanya keinginan para anggota untuk saling bersaing, untuk lebih hebat dari yang lain, apalagi ada niatan untuk
menjatuhkan. Sementara hal ini besar kemungkinannya terjadi dalam sebuah
organisasi profit. Para anggota / karyawan berusaha menjadi yang
"ter-" dibandingkan teman2nya, mereka bersaing untuk memperebutkan
jabatan, prestige, dan terutama kenaikan gaji. Mereka akan menggunakan
segala macam cara, baik itu dgn meningkatkan kinerjanya (positif) atau tidak jarang
terjadi kecurangan2 untuk menjatuhkan
rekan kerjanya (negatif). Rasa kekeluargaan & persaudaraan juga terbentuk,
tapi kebanyakan hanya di grup2 tertentu yang sudah lama bekerja bersama untuk jangka waktu yang cukup
panjang.
Kedua, pelajaran dan pengalamannya. Dalam organisasi sosial memang ada jabatan, tetapi bukan berarti semua
harus ikut keputusan atasan / ketua, tetapi kebanyakan organisasi sosial berisi
orang2 yang mempunyai visi-misi yang sama dan mau sama-sama belajar membangun
dan memajukan organisasinya. Dalam organisasi sosial, para anggotanya belajar
berorganisasi secara bersama-sama, saling membantu, saling share
pengalaman, dan saling mengisi satu sama lain.
Tidak jarang organisasi profit yang sifatnya individualistis. Karyawan senior ada yang tidak mau membagi pengalamannya dan tak jarang pula yang tidak peduli dengan rekan kerjanya. Mereka malah membiarkan rekan kerjanya itu mencari tahu sendiri apa yang harus dikerjakannya. Memang tidak semuanya begitu, tapi saya cukup banyak mendapat cerita dari teman-teman yang baru 1-2 bulan bekerja di tempat baru mendapat perlakuan seperti itu.
Tidak jarang organisasi profit yang sifatnya individualistis. Karyawan senior ada yang tidak mau membagi pengalamannya dan tak jarang pula yang tidak peduli dengan rekan kerjanya. Mereka malah membiarkan rekan kerjanya itu mencari tahu sendiri apa yang harus dikerjakannya. Memang tidak semuanya begitu, tapi saya cukup banyak mendapat cerita dari teman-teman yang baru 1-2 bulan bekerja di tempat baru mendapat perlakuan seperti itu.
2. Apa senang dan sedihnya bekerja di organisasi sosial seperti organisasi kepemudaan
Gereja Santo Andreas?
G : Since, as I
said, there is no working hours, joining a social organization could be very
bothering on holidays. But, this depends on a person's interest in the
organization. If one enjoys it very much then it would be no problem at all,
but sometimes when I have already been tired with college work and the real
work, weekends and holidays are truly awaited. And on that very moment, the
social organization demands me to work on some events. That pretty upsets me
sometimes. And from that same case, I could find those activities very
enjoyable when I'm stuffed with college work and that real work. It's very
refreshing to meet the other members as they have been considesred as family.
H : Pada dasaranya berorganisasi adalah sebuah hal yang menyenangkan, dimana
kita bisa belajar banyak hal yang tidak kita dapatkan dari pendidikan formal
seperti sekolah. Dalam berorganisasi saya belajar mengenai bagaimana berbicara
di depan public, bagaimana berdiskusi dengan berbagai kalangan, saya
bisa mengenal banyak karakter manusia dan bagaimana mereka menghadapi masalah.
Dari berorganisasi juga kita bisa mempelajari mengenai administrasi yang
diperlukan dalam berorganisasi. Karena jangan bayangkan organisasi sosial itu tidak bisa apa-apa, kenyataannya ada banyak sekali hal yang
harus bisa dikerjakan oleh anggota organisasi, mulai dari pembuatan surat
undangan kegiatan, pembuatan proposal izin dan dana kegiatan, mengurus laporan
keuangan dan laporan pertanggungjawaban acara. Kita juga dituntut untuk bisa
se-adil dan se-bijaksana mungkin dalam membuat keputusan, karena organisasi sosial itu kan terdiri dari banyak orang dan
kadang orang-orang itu sangat cepat sekali membuat penilaian dan yang namanya image
itu perlu waktu lama untuk membangunnya, tapi cukup 1 menit untuk
menghancurkannya. Jadi di organisasi sosial kita juga belajar bagaimana bertingkah laku yang baik.
Dalam semua organisasi pasti ada plus dan minus nya termasuk juga
berorganisasi sosial, kadang yang paling sulit itu adalah harus mau mengorbankan waktu. Organisasi ini tidak
memiliki jadwal kerja yang jelas, karena biasa memang kita itu mengadakan
kegiatan saat ada ide atau dibutuhkan sehingga tidak jarang kami para anggota
bisa mengadakan rapat setelah jam kerja sampai tengah malam ataupun harus kami
korbankan waktu istirahat di akhir pekan untuk mempersiapkan acara atau hanya
sekedar rapat membahas berbagai keperluan organisasi. Namun semua itu adalah
pilihan dan saya memang memilih untuk ikut aktif dalam organisasi social dan
saya menikmatinya.
A : Yang benar2
membuat saya senang berada di organisasi sosial adalah rasa kekeluargaan yang
tulus yang terjalin di dalam keluarga PS Cantamus Dei. Buat saya pribadi, PS
Cantamus Dei ini seperti rumah kedua saya, di mana saya bisa bebas berekspresi,
bisa tertawa lepas, nangis bareng, berbagi suka duka, dan berbagi
pengalaman. Saya juga belajar
banyak hal, terutama
berorganisasi. Sedikit sharing, saya dulu adalah orang yang tidak
percaya diri, paling takut kalau harus berdiri di hadapan banyak orang. Dalam
organisasi2 sekolah dulu, saya lebih banyak jadi orang di belakang layar.
Setelah ikut PS Cantamus Dei dan akhirnya menjadi Ketua perlahan-lahan rasa percaya diri saya makin meningkat dan itu merupakan hal positif yang
paling berarti untuk kemajuan diri saya.
Kalo ditanya sedihnya, pasti ada.. Dalam hidup kalo suka terus kan ga balance, harus ada dukanya kan. Sedih di Cantamus yg pernah saya alami itu paling kalau lagi pas jadwal latihan yang datang sepi dan tanpa kabar. Sepinya latihan sih terkadang ada masanya, sesuai dengan tingkat kejenuhan anggotanya. Sangat wajar seseorang jenuh melakukan rutinitasnya, hal ini yang terjadi di Cantamus. Yang cukup sering terjadi biasanya di latihan berikutnya setelah tugas sepi. Tapi sedih ini harus disiasati dengan trik / langkah tepat, menjadi suatu tantangan tersendiri bagi saya bagaimana caranya mengembalikan motivasi anak-anak supaya mereka datang latihan dan selalu ada kehausan untuk terus datang dan belajar hal baru.
Kalo ditanya sedihnya, pasti ada.. Dalam hidup kalo suka terus kan ga balance, harus ada dukanya kan. Sedih di Cantamus yg pernah saya alami itu paling kalau lagi pas jadwal latihan yang datang sepi dan tanpa kabar. Sepinya latihan sih terkadang ada masanya, sesuai dengan tingkat kejenuhan anggotanya. Sangat wajar seseorang jenuh melakukan rutinitasnya, hal ini yang terjadi di Cantamus. Yang cukup sering terjadi biasanya di latihan berikutnya setelah tugas sepi. Tapi sedih ini harus disiasati dengan trik / langkah tepat, menjadi suatu tantangan tersendiri bagi saya bagaimana caranya mengembalikan motivasi anak-anak supaya mereka datang latihan dan selalu ada kehausan untuk terus datang dan belajar hal baru.
3. Adakah hal—hal yang memotivasi
Anda dalam melakukan kegiatan organisasi sosial seperti organisasi kepemudaan
Gereja St. Andreas? Jika ada, apa yang menjadi motivasi bagi Anda dalam menjalani
kegiatan pada organisasi
sosial? (Jika tidak, lewatkan
pertanyaan ini)
G: Yes, there is. I think God
is the only reason I why I join such organization. Well, at first of course my
mom suggested me and I wanted to have more friends, but as time goes by and
friends have come and gone by, the reason comes back to Him.
H: Tentu ada. Awal saya berorganisasi adalah saat masih duduk di bangku kuliah, saat itu
saya ikut aktif dalam sebuah organisasi himpunan mahasiswa jurusan. Itu juga
bisa dikatakan sebagai organisasi sosial karena memang semua anggotanya tidak di bayar untuk
menjalankan organisasi tersebut namun saya menemukan sebuah keasyikkan
tersendiri menjalaninya. Saya suka untuk bisa bertemu dengan banyak teman-teman
yang bersemangat untuk memajukan organisasi dan saya belajar banyak dari
teman-teman itu. Selain itu juga memang sempat saya punya cita-cita untuk
membuka bisnis yang bergerak di bidang event organizing jadi saya pikir ikut
dalam organisasi sosial seperti di kampus atau di gereja yang sering mengadakan kegiatan yang
melibatkan banyak orang adalah sebuah kesempatan belajar yang baik dan saya
menjadi semakin termotivasi dalam berkegiatan. Disamping itu saat ini saya
merasakan manfaatnya dalam dunia pekerjaan, dimana dalam bekerja kita tidak
mungkin sendiri kita dituntut untuk bisa bekerja sama dalam tim, bisa juga
memimpin dan semua itu sudah saya pelajari dan pengalaman berorganisasi
membantu banyak.
A : Ada. Yang selalu
menjadi motivasi saya sebenarnya sederhana. Saya hanya ingin terus menjaga dan
meneruskan perjuangan kakak saya, Nita, sebagai pendiri PS Cantamus Dei. Saya
tau bagaimana perjuangan dia dari awal membentuk Cantamus sehingga bisa mempunyai
beberapa prestasi yg cukup membanggakan.
Cantamus sendiri berisi anak2 yang aktif di lingkungan
/ wilayah (teritorial) masing2, bahkan bisa dibilang mereka ini adalah "motor"-nya teritorial
masing2. Dan semakin ke belakang, semakin terlihat bahwa anak2 ini adalah anak2
yang memang mempunyai talenta dan bakat yang besar. Ini juga yang memotivasi
saya untuk terus menjaga dan membawa Cantamus menjadi paduan suara yang
berkembang dan berprestasi. Cantamus merupakan salah satu wadah yang tepat
untuk mereka mengekspresikan dan mengembangkan talenta yang mereka punya.
"Your talent is God's gift to you. What you do
with it is your gift back to God."
4. Sebagai pimpinan dari sebuah organisasi sosial, bagaimana
cara Anda dalam memberikan motivasi bagi pengurus-pengurus lainnya?
G : As a person,
I'm the type of the cheerfully-too excited one. So, when we're having a meeting
for sketching up a new event, I would be very gleeful in expressing my ideas,
and that would influence the others. Aside from that, I think I would give
usual motivational words to inject their motivation.
H : Motivasi ini adalah hal yang paling menantang dalam menjalankan sebuah
organisasi sosial, karena pencapaiannya hanya seolah merupakan kepuasan batin. Tidak ada
penghargaan khusus atas semua usaha kita. Untuk itu dalam sebuah organisasi sosial, tidak bisa kita terapkan yang namanya
prinsip reward and punishment. Untuk memotivasi nya kalau dalam
organisasi yang saya ikuti adalah dengan memberikan kepercayaan untuk
mengerjakan sesuatu yang bisa membuatnya merasa bangga atas karyanya. Dengan
kepercayaan untuk mengerjakan sesuatu yang mereka inginkan, biasanya mereka
akan jadi lebih termotivasi dan semangat dalam menjalankan kegiatan
berorganisasi, selain itu kita juga sering untuk saling mengingatkan fokus dan tujuan dari organisasi, sehingga
kita mengarah pada tujuan yang sama.
A : Jujur, saya
bukan tipe orang yang bs memotivasi orang lain. Yang bisa saya lakukan adalah
men-support dan menyemangati mereka dari belakang. Apabila mereka punya
masalah, saya mencoba untuk ada untuk
mereka. Saya tipe introvert, tertutup dan tidak bisa blak-blakan, jadi untuk memotivasi pengurus2 lain saya menempuh
jalan belakang dengan menjadi
supporting mereka. Dan saya akan mengingatkan mereka bahwa dengan menjadi pengurus bukannya menjadi beban, tapi mereka
adalah orang-orang terpilih
yang dipercaya untuk menjadi
penyokong memajukan organisasi ini. Di sini tidak ada siapa lebih tinggi
jabatan, siapa lebih senior, karena di sini kita sama-sama belajar bareng-bareng.
3.1.2 Observasi
Penulis melakukan wawancara
dengan narasumber Gisela dan Hana di Ruangan Seksi Kepemudaan yang disingkat
dengan Ruangan Siekep di gedung Wisma Siti Mariam. Ruangannya kecil kira-kira
ukuran 3x5meter, terlihat adanya papan tulis, meja dan beberapa bangku.
Terlihat juga perlengkapan-perlengkapan yang biasa digunakan untuk perlengkapan
kegiatan orang muda Paroki. Ruangan tersebut sangat sederhana, tidak ada papan
bertuliskan struktur organisasi atau apapun. Saat itu keadaan sangat sepi,
tidak ada rapat atau apapun. Menurut narasumber Hana, kegiatan rapat pengurus
jarang dilakukan di ruangan tersebut sehingga ruangannya terlihat berantakan.
Walaupun demikian, sangat terasa keramahannya, ruangan yang sederhana tidak
sedikitpun memberikan kesan yang angkuh.
Sementara wawancara dengan narasumber Adriani, dilakukan di ruang latihan
paduan suara Cantamus Dei di Ruang C di gedung Wisma Siti Mariam. Penulis
mengobservasi bagaimana grup paduan suara ini berlatih, penuh dengan canda
tawa, suasana kekeluargaan sangat terasa. Para anggotanya yang kira-kira
berjumlah 20 orang, berpakaian santai tidak resmi, tidak pula berdandan rapi.
Latihan berlangsung selama dua jam, santai namun serius.
3.2 Validasi Data
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil wawancara yang telah dilakukan
penulis sebelumnya, penulis akan melakukan teknik validasi data untuk
mencocokan data-data yang ada dari tiga orang narasumber.
Dari pertanyaan pertama, ketiganya mengatakan hal yang sama mengenai
organisasi sosial yang bersifat tidak mengikat. Anggota-anggotanya berisikan
orang-orang yang memang memiliki panggilan hati untuk bekerja dalam
mengembangkan organisasi sosial. Suasana yang terbentuk sangat kekeluargaan,
tidak ada rasa ingin saling menjatuhkan melainkan saling mendukung. Semua
terbuka untuk datang sebagai keluarga (bagian dari organisasi) tanpa
persyaratan dan beban apapun.
Dari pertanyaan kedua, mengenai suka dan duka bekerja di organisasi sosial
seperti organisasi kepemudaan Gereja St. Andreas. Ketiga narasumber mengatakan
bahwa pengaturan waktu merupakan hal tersulit dalam menjalani organisasi
sosial. Sifatnya yang tidak mengikat dan merupakan kegiatan sekunder meminta
komitmen yang sama tingginya dengan organisasi lain yang ikatannya jelas serta
waktu luang dari para anggotanya untuk dapat menjalankan fungsinya sebagai
seorang anggota organisasi yang ingin memajukan organisasinya. Namun demikian,
disamping kesulitan yang dialami para anggota organisasi sosial kepemudaan
Gereja Santo Andreas ini, ada pula keunggulan-keunggulan dalam menjalankan
organisasi sosial.
Ketiga narasumber mengatakan hal yang sama bahwa dalam menjalani organisasi
sosial, suasana kekeluargaan yang sangat kental terasa membuat setiap orang di
dalamnya merasa nyaman dan bisa menjadi diri sendiri. Sehingga waktu yang harus
dikorbankan terasa sebanding dan bisa dinikmati dalam menjalankan kegiatan
organisasi. Berkumpul untuk rapat atau menjalani kegiatan organisasi, seolah
menemukan rumah kedua yang mana berisi orang-orang yang dianggap keluarga
sendiri.
Organisasi sosial juga bukan hal remeh yang mana anggotanya tidak
bisa melakukan apa-apa. Turut aktif dalam organisasi sosial memberikan nilai
plus tersendiri bagi anggotanya. Organisasi sosial seperti organisasi lainnya
mengajak anggotanya untuk paham akan administrasi sebuah organisasi serta
membina para anggotanya untuk menjadi pribadi yang percaya diri dan tahu
bagaimana bersikap dalam mengahadapi berbagai orang dengan segala jenis
kepribadiannya. Tentu saja hal-hal ini sangat membantu dan memberikan pelajaran
bagi kehidupan sehari-hari maupun kehidupan berorganisasi di organisasi
lainnya.
Beralih ke pertanyaan ketiga mengenai adanya motivasi dalam menjalani
kegiatan organisasi sosial seperti organisasi kepemudaan Gereja St. Andreas,
ketiga narasumber setuju bahwa dalam menjalani organisasi sosial, memang
dibutuhkan adanya motivasi. Hal ini menunjukkan bahwa memang ada motivasi bagi
mereka untuk menjalani organisasi sosial walaupun dari hasil wawancara terlihat
jelas adanya perbedaan motivasi diantara ketiganya.
Begitu juga dengan pertanyaan keempat mengenai cara mereka memotivasi
anggota lainnya dalam organisasi kepemudaan St. Andreas, ketiganya terlihat
memiliki cara masing-masing dalam memotivasi orang lain di dalam organisasi
tersebut. Hal ini juga sekali lagi menegaskan bahwa dalam organisasi sosial pun
ada faktor motivasi untuk meningkatkan produktivitas para anggotanya walaupun
yang menjadi motivasi dan bagaimana cara memotivasinya berbeda-beda sesuai
dengan masing-masing orang yang akan dijelaskan lebih lanjut dalam bagian
selanjutnya.
3.3 Analisis Data
Tiga narasumber yang dipilih penulis dalam melakukan pengambilan data
melalui metode wawancara kurang lebih memiliki karakteristik yang sama yaitu
perempuan berusia kisaran 20-25 tahun yang sudah berpenghasilan sendiri dari
organisasi profit yang mereka jalani dan merupakan ketua atau pimpinan dari
beberapa organisasi sosial di bidang kepemudaan pada Gereja Santo Andreas.
Dalam hal ini, organisasi kepemudaan St. Andreas dikatakan sebagai
organisasi sosial karena para pengurusnya tidak dibayar untuk mengembangkan
organisasi tersebut. Bekerja untuk mengembangkan organisasi sosial seperti
organisasi kepemudaan St. Andreas tanpa diberi bayaran dianggap sebagai suatu
pelayanan bagi umat Katolik. Berikut akan dipaparkan hasil analisis dan
pembahasan oleh penulis.
3.3.1 Hal-hal yang Memotivasi
Para Anggota Organisasi Kepemudaan Gereja Santo Andreas dalam Meningkatkan
Komitmen Kerja
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa motivasi seseorang
dalam berkomitmen untuk menjalankan sesuatu tidak harus melulu dari sesuatu
yang bersifat materiil. Dalam organisasi kepemudaan di Gereja Santo Andreas
yang tidak memberi imbalan materi, para pengurus organisasi pun rupanya
memiliki motivasi masing-masing yang berbeda-beda yang mendorong mereka untuk
memberikan komitmen terbaik dalam kegiatan pelayanan dan turut mengembangkan
organisasi yang dijalankannya.
Motivasi dalam suatu organisasi merupakan faktor – X dalam efisiensi (faktor yang
menjelaskan kesedian anggota organisasi untuk mencurahkan energi yang berbeda
bagi pekerjaan mereka) yang dapat
dijelaskan dengan berbagai cara (Pace, 2001). Motivasi
dalam melakukan atau memimpikan sesuatu setiap orang berbeda-beda, meskipun hal yang ingin dilakukan atau sesuatu yang diinginkan sama. Perbedaan
alasan atau motivasi bergantung pada cara pandang seseorang dan pengaruh yang ada dalam suatu waktu tertentu (Stewart, 2005 : 9).
Hal tersebut bisa terjadi karena motivasi merupakan suatu fenomena
psikologis. Seperti yang dikatakan Mungo Miller, pimpinan Affiliated
Psycological Service (dalam http://e-motivasidiri.blogspot.com ) ada enam prinsip umum motivasi sebagaimana di bawah ini.
- Motivasi adalah proses psikologis, atau lebih tepatnya proses emosional, bukan logis.
- Motivasi pada dasarnya adalah proses yang tidak kita sadari. Tindakan yang kita atau orang lain lakukan mungkin saja tampak tidak logis, namun bagi orang yang melakukannya, tindakannya tampak wajar dan masuk akal.
- Motivasi bersifat individual. Tingkah laku seseorang bersumber dari dirinya sendiri.
- Motivasi tiap orang berbeda, begitu juga setiap individu bervariasi dari waktu ke waktu.
- Motivasi adalah proses sosial. Tak dapat diingkari, bahwa terpenuhi atau tidaknya kebutuhan kita tergantung dari orang lain.
- Dalam tindakan sehari-hari, kita dipandu oleh kebiasaan yang bersumber dari motivasional di masa lalu.
Dengan demikian, dari hasil wawancara yang telah dilakukan penulis, penulis
menyimpulkan beberapa hal yang menjadi motivasi bagi para pelaku organisasi
sosial khususnya organisasi kepemudaan di Gereja Santo Andreas yaitu sebagai
berikut.
1. Motivasi untuk melayani Tuhan
2. Motivasi untuk mendapat teman baru
(membangun network)
3. Motivasi untuk mempertahankan
perjuangan seseorang dalam mendirikan suatu organisasi dan memajukan organisasi
yang telah susah payah dibangun tersebut
Sesuai dengan Teori Harapan dari Vroom, semua hal-hal diatas dipercaya oleh
narasumber bahwa dengan segala tindakan mereka dalam organisasi kepemudaan
Gereja Santo Andreas, mereka akan mendapatkan hasil sebagaimana yang mereka
inginkan seperti mampu melayani Tuhan, mendapat teman-teman baru serta
memajukan suatu organisasi. Semua pemenuhan harapan tersebut memiliki nilai
positif yang berharga bagi diri narasumber sehingga pada gilirannya, hal-hal
tersebut benar-benar mampu menjadi motivasi bagi narasumber dalam melakukan
kegiatannya dalam berorganisasi. Dengan mencurahkan segala usaha, mereka
percaya bahwa mereka akan mencapai hasil yang mereka inginkan seperti mendapat
berkah dari Tuhan, mendapatkan koneksi yang bagus untuk usaha kedepannya serta mendapatkan
prestasi yang baik bagi organisasinya.
3.3.2 Cara-cara Pemimpin
Organisasi Kepemudaan Gereja Santo Andreas Dalam Memotivasi Anggota
Adanya cara-cara memotivasi dari para pemimpin organisasi ini sekali lagi
menegaskan bahwa motivasi merupakan hal yang penting dalam kehidupan
berorganisasi sehingga para pimpinan ini merasa perlu untuk memotivasi para
anggota lain dalam suatu organisasi agar organisasinya dapat berjalan efektif.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, motivasi merupakan fenomena
psikologis yang bisa berbeda dari satu orang ke orang lainnya. Hal ini pulalah
yang terjadi pada bagaimana cara orang memotivasi orang lain. Menurut Teori
Persepsi dari Pace, vitalitas kerja seseorang didasarkan pada empat asumsi
utama yaitu seberapa baik harapan terpenuhi, peluang apa yang tersedia,
seberapa banyak pemenuhan yang terjadi dan seberapa baik persepsi pegawai
mengenai kinerja mereka dalam organisasi.
Oleh karena itu, organisasi sosial yang imbalannya bukan material, seorang
pimpinan harus memotivasi anggotanya dengan cara memenuhi harapan-harapan
anggotanya sesuai yang mereka inginkan. Hal ini penting karena pada gilirannya
pemenuhan harapan tersebut akan meningkatkan vitalitas kerja anggota
organisasi.
Berikut merupakan kesimpulan yang diambil penulis dari hasil wawancara
mengenai cara-cara memotivasi anggota organisasi sosial khususnya organisasi
kepemudaan Gereja Santo Andreas.
1. Membangkitkan suasana dengan tingkah
laku yang ceria
2. Memberikan kata-kata motivasi bagi
anggota lain
3. Memberikan kepercayaan bagi anggota
lain untuk melakukan sesuatu dengan caranya sendiri
4. Memberikan waktu dan perhatian untuk
saling berbagi layaknya keluarga
BAB IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah diperoleh, penulis menyimpulkan bahwa motivasi
masing-masing orang berbeda-beda dikarenakan pengaruh faktor psikologis setiap
orang yang berbeda. Berikut merupakan beberapa hal yang memotivasi para
narasumber dalam meningkatkan komitmen kerja mereka dalam Organisasi Kepemudaan
Gereja Santo Andreas.
1. Motivasi untuk melayani Tuhan
2. Motivasi untuk mendapat teman baru
(membangun network)
3. Motivasi untuk mempertahankan
perjuangan seseorang dalam mendirikan suatu organisasi dan memajukan organisasi
yang telah susah payah dibangun tersebut
Penulis juga menyimpulkan bahwa cara orang dalam memotivasi orang lain pun
berbeda-beda dikarenakan motivasi merupakan fenomena psikologis yang mana
setiap orang memiliki kriteria yang berbeda. Berikut merupakan beberapa cara
yang dilakukan para narasumber sebagai pimpinan organisasi dalam memberikan
motivasi terhadap anggotanya dengan tujuan meningkatkan keefektivan kerja.
1. Membangkitkan suasana dengan tingkah
laku yang ceria
2. Memberikan kata-kata motivasi bagi
anggota lain
3. Memberikan kepercayaan bagi anggota
lain untuk melakukan sesuatu dengan caranya sendiri
4. Memberikan waktu dan perhatian untuk
saling berbagi layaknya keluarga
4.2 Saran
Motivasi itu penting bagi
kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan berorganisasi. Motivasi mampu
mendorong seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga pesan dari penulis
ialah bahwa dalam kegiatan berorganisasi terutama organisasi sosial yang tidak
memberikan imbalan berupa imbalan material, sangat penting adanya motivasi yang
kuat dari setiap anggotanya agar dapat memberikan komitmen yang tinggi yang pada
gilirannya akan mampu memajukan organisasi itu sendiri.
Motivasi yang kuat terkadang tidak hanya datang dari dalam diri sendiri, namun
demikian, para pimpinan organisasi pun perlu memperhatikan hal tersebut dan
diharapkan mampu memberikan motivasi yang sesuai dengan yang dibutuhkan para
anggotanya sehingga pada gilirannya, organisasi dapat berjalan dengan efektif.
DAFTAR
PUSTAKA
Blog Motivasi Diri. (1 Oktober 2012). Teori Motivasi Prinsip Motivasi.
[online] Tersedia : http://e-motivasidiri.blogspot.com/2012/10/teori-motivasi-prinsip-motivasi-dan.html
Hasibuan, Malayu S.P. Drs. 2007. Organisasi & Motivasi: Dasar Peningkatan Produktivitas. Jogjakarta : Bumi Aksara.
Kepemudaan,
Seksi. 2010. Buku Panduan Organisasi Orang Muda Katolik Paroki St. Andreas –
Kedoya. Jakarta.
Pace, R. Wayne, Don F. Faules. 2001. Komunikasi Organisasi. Jakarta
: PT Reamaja Rosdakarya.
Stewart, Grant. 2005. Sukses Manajemen Penjualan. Jakarta: PT Gelora
Aksara Pratama
No comments:
Post a Comment